KH. Abdul Wahab Hasbullah adalah pahlawan nasional, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), serta pejuang kemerdekaan yang turut mempelopori berdirinya Komite Hijaz. Dalam sejarahnya, beliau juga dikenal sebagai tokoh ulama syariah yang tidak hanya memimpin pesantren, tetapi juga membina umat dan bangsa dengan kebijaksanaan. "Haul ini bukan sekadar mengenang masa lalu, tetapi juga momentum untuk memperkuat peran kita menjaga warisan perjuangan Mbah Wahab," ujar KH. Muhammad Hasib Wahab, putra KH. Wahab Hasbullah dalam sambutannya.

KH. Hasib menjelaskan bahwa haul kali ini terasa lebih istimewa karena digelar bersamaan dengan suasana politik nasional yang baru. Ia mengungkapkan bahwa Presiden terpilih Prabowo Subianto pernah berziarah ke makam KH. Wahab sebelum maju sebagai calon presiden. "Beliau minta doa restu dan alhamdulillah sekarang telah terpilih," tuturnya. Dalam kesempatan itu, ia juga memperkenalkan para dzurriyah KH. Wahab yang masih hidup, termasuk Bu Nyai Mahfudah Wahab, Bu Nyai Hizbiyah Wahab, dan Bu Nyai Munjidah Wahab.

Sambutan juga datang dari para tokoh nasional dan daerah, seperti Kepala Kantor Kemenag Jawa Timur Dr. Ahmad Sruji Bakhtiar, Kapolres Jombang AKBP Ardi, dan perwakilan dari Forkopimda. KH. Qayyum Mansur dari Lasem, Rembang menyampaikan tausiyah yang menggugah tentang pentingnya peran ulama dalam mengayomi umat dan menjadi penuntun kebenaran di tengah perubahan zaman. Ia membagi tipe ulama menjadi tiga: ulama sya’bi, ulama sultan, dan ulama syariah. Menurutnya, KH. Wahab adalah cerminan ulama syariah sejati.

Dalam ceramahnya, KH. Qayyum juga menekankan pentingnya perjuangan di jalan Allah, ‘fisabilillah’, baik dalam mendidik santri, menata pemerintahan, hingga mengelola negara. "Jika kita menjauh dari nilai-nilai ini, maka kita akan jatuh pada perjuangan yang ‘an sabilillah’, bukan ‘fi sabilillah’," jelasnya. Beliau juga menyebut bahwa KH. Wahab adalah pejuang yang berilmu tinggi, bahkan dalam perjalanan ke Makkah, beliau membawa serta kitab untuk terus berdiskusi dan belajar bersama sesama ulama seperti KH. Mas Mansur dan KH. Kholil Lasem.

Selain tausiyah, acara diisi dengan pembacaan tahlil, shalawat, dan penampilan seni hadrah dari Ishari. Malam sebelumnya, Ishari Jawa Timur juga menggelar pelantikan pengurus wilayah yang bertepatan dengan momen haul. Lagu 'Yaa Lal Wathon' yang menggema sepanjang acara menjadi simbol semangat kebangsaan yang diwariskan oleh KH. Wahab Hasbullah. Lagu tersebut, menurut KH. Hasib, memang diciptakan oleh KH. Wahab sebagai bentuk cinta tanah air yang menjadi bagian dari iman.

Pondok Pesantren Bahrul Ulum yang kini berusia 200 tahun telah menjadi tempat belajar lebih dari 14.000 santri dari seluruh penjuru nusantara. Pesantren ini tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga membuka pendidikan formal dari jenjang PAUD hingga universitas, termasuk Universitas KH. Abdul Wahab Hasbullah (UNWAHA) dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan. "Santri-santri di sini adalah anak-anak ideologis Mbah Wahab. Mereka adalah penerus perjuangan beliau," ujar KH. Hasib.

Acara haul ditutup dengan doa bersama agar perjuangan KH. Wahab terus berlanjut dan membawa keberkahan bagi bangsa. "Semoga kita semua, baik dzurriyah maupun santri dan masyarakat umum, bisa terus menjaga nilai-nilai keulamaan, kebangsaan, dan keislaman yang beliau wariskan," tutup KH. Hasib Wahab.

Dengan keberlangsungan haul ini, masyarakat diingatkan kembali pada peran penting para ulama dalam menjaga Indonesia, serta tanggung jawab generasi muda untuk terus merawat warisan keilmuan dan nasionalisme yang telah ditanamkan oleh para pendiri bangsa seperti KH. Abdul Wahab Hasbullah.