RAMADAN adalah bulan yang penuh berkah, bulan yang begitu istimewa ini menjadi kesempatan emas bagi setiap mukmin untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan sungguh-sungguh.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberikan teladan terbaik dalam menghidupkan sepuluh malam terakhir Ramadan dengan kesungguhan ibadah.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah Radhiyallahu 'Anha, disebutkan:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila memasuki sepuluh malam terakhir bulan Ramadan, beliau menghidupkan malamnya (dengan ibadah), membangunkan keluarganya, dan mengencangkan sarungnya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini menunjukkan betapa besar perhatian Rasulullah terhadap ibadah di penghujung bulan suci ini.
Salah satu amalan yang beliau lakukan adalah iktikaf, yakni berdiam diri di masjid untuk fokus beribadah, bermuhasabah, bertafakkur, dan berdzikir.
Iktikaf menjadi momen seorang hamba untuk dapat meresapi makna ketakwaan yang hakiki, mengokohkan hubungan dengan Allah, serta memperbaiki kualitas diri.
Pada bulan Ramadhan terdapat malam yang sangat istimewa, yakni satu malam di mana doa-doa dikabulkan, dosa-dosa diampuni, dan amal ibadah diberi pahala berlipat ganda.
Malam ini menjadi momentum paling syahdu bagi seorang hamba dalam berkomunikasi dengan Rabb-Nya, yang mana hanya umat Nabi Muhammad yang mendapatkan anugerah luar biasa ini.
Amalan ibadah yang dilakukan pada malam tersebut memiliki nilai yang lebih baik dari seribu bulan, setara dengan ibadah selama kurang lebih delapan puluh tahun.
Sebuah kemuliaan yang tidak diberikan kepada umat-umat sebelumnya.
Inilah Lailatul Qadar, malam yang penuh ketenangan dan kedamaian dengan rahmat serta kasih sayang Allah kepada umat yang dicintai-Nya.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam al-Muwattha:
"Sesungguhnya Rasulullah diperlihatkan umur-umur manusia sebelumnya (yang relatif panjang) sesuai dengan kehendak Allah, sampai (akhirnya) usia-usia umatnya semakin pendek (sehingga) mereka tidak bisa beramal lebih lama sebagaimana umat-umat sebelum mereka karena panjangnya usia mereka, maka Allah memberikan Rasulullah Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan." (Imam Malik, al-Muwattha: juz I, hal. 321).
Betapa besar kasih sayang Allah kepada kita, umat Nabi Muhammad.
Maka dengan adanya Lailatul Qadar, satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan (setara dengan lebih dari 80 tahun), kita diberi kesempatan untuk meraih pahala luar biasa dalam waktu yang singkat.
Oleh karena itu, para ulama sepakat bahwa puncak keistimewaan Ramadan ada pada sepuluh malam terakhir, terutama pada malam-malam ganjil.
Siapa yang bersungguh-sungguh mencarinya, maka ia akan mendapatkan keberkahannya.
Pada akhirnya, seluruh ibadah di bulan Ramadan, mulai dari menahan lapar dan haus, membaca Al-Qur'an, shalat tarawih, iktikaf, hingga menunaikan zakat, memiliki tujuan yang sama, yaitu memperbaiki hubungan kita dengan Allah (hablum minallah) sekaligus mempererat hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas).
Semua ini bermuara pada pencapaian derajat ketakwaan yang sejati. Sebagaimana firman Allah:
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183).
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mendapatkan keberkahan Ramadan dan dianugerahi Lailatul Qadar, dengan memperbanyak membaca doa di asyrul awaakhir sebagaimana doa yang diajarkan baginda Rasul pada Sayyidah Aisyah Radhiyallahu 'Anha yakni :
“Allohumma innaka afwun kariim tuhibbul afwa fa’fu anna yaa kareem.” Sehingga kita dapat meraih ketakwaan yang sempurna, baik lahir maupun batin, Wallohua’lam bissowaab.
Penulis:
KH. M. Syifa’ Malik M.Pd.I
Ketua I YPPBU
Katib Syuriah MWC NU Jombang