Abdul Jabbar Hubby*
Apa yang memancar dari jiwa, akan diterima oleh jiwa.
Dan apa yang tumbuh dari hati, akan diterima oleh hati.
Guru saya pernah mengingatkan pada suatu kesempatan, "Kalau kamu mendapati anak atau muridmu jadi bandel, jangan langsung salahkan dia. Tanyakan dulu pada dirimu sendiri. Bisa jadi penyebab atau kesalahan itu ada pada dirimu sendiri. Ketidak ridloanmu terhadap anak atau muridmu akan menjadi hijab (penghalang) bagi hatinya untuk memperoleh hidayah Allah. Juga jangan pernah sekali-kali mengatai anak atau muridmu dengan perkataan yang jelek, Karena itu akan menjadi doa jelek baginya,"
Orang-orang "besar" dan "sukses" bukanlah melalui proses yang tiba-tiba, bukan pula karena mewarisi kebesaran atau kesuksesan orang tuanya. Orang yang luar biasa bisa saja dilahirkan dari rahim orang yang “tampak biasa” saja. begitu juga sebaliknya.
Kesuksesan, disamping adalah hasil dari usaha, ketekunan dan kemauan yang kuat, juga dipengaruhi oleh faktor luar yang mempunyai benang merah bagi kesinambungan menuju sukses itu sendiri. "Anak yang disenangi dan diridlai orang tuanya adalah kandidat orang sukses. Anak yang tidak disenangi orang tuanya adalah kandidat orang gagal". Sebab diridlai orang tua bermakna diridlai Tuhan dan dimurkai orang tua bermakna dimurkai Tuhan."
Tidak sedikit dari orang tua yang merasa kesal dengan tingkah laku anaknya yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan dan harapkan. Ironisnya, bibit kekesalan itu tidak segera dibuang jauh-jauh hingga mengendap menjadi menjadi sebuah kebencian.
Ketika guru atau orang tua menemukan "kegalalan" dalam mendidik anak, acapkali yang disalahkan pertama kali adalah si anak. Secara fitrahnya yang namanya anak tidak ada anak yang nakal. Yang ada adalah orang tua yang gagal mendidik anak, orang tua yang tidak bisa menjadi teladan. Tak jarang Allah SWT sengaja menjadikan anak-anak kita nakal, susah diatur dan ngeyelan. Tak lain agar kita mau menginstropeksi diri dan ikhtiyar semampunya untuk memperbaiki diri, sowan dan minta doa kepada kiai atau ulama sepuh serta meminta nasehat dan restunya agar kita makin rajin mendoakan anak-anak kita. Dan yang lebih penting adalah mendidik dengan jiwa keikhlasan
المدرس مهم ولكن روح المدرس اهم من المدرس
"Guru adalah sesuatu yang penting, tetapi ruh (jiwa) guru jauh lebih penting daripada seorang guru"
Guru bukan hanya sekedar mengajar, tapi mendidik jiwa dan memupuk kedekatan kepada Allah SWT dengan “melambari keikhlasan” dalam setiap perbuatan. Ikhlas dalam mengajar, membimbing, mendidik, menasehati, dalam mendoakan mereka disetiap selesai sholat. Maka Ilmu dan nasehat-nasehat yang diberikan terpancar murni dari relung jiwa.
Wallahu 'alamu bishshawab.
*penulis adalah pengurus YPPBU