MUHASABAH DI AKHIR TAHUN
KH. Abdul Kholid Mas’ud
اَلــْحـَمْدُ للهِ الذِي جَعَلَ فِي تَعاقُبِ الليَالِي والأَيّامِ عِبْرَةً للمُعْتَبِرينَ، وفِي انصِرامِ الشُّهورِ والأَعْوامِ ذِكْرَى لِعبَادِه المؤمِنينَ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَريكَ لَهُ، أَمَرَ عِبادَهُ بالاستِفادَةِ ممَّا مَضَى، وعَدَمِ الحَسْرَةِ علَى مَا فَاتَ وَانقَضَى، وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ ورَسُولُهُ المُـُرتَضَى، صَلَّى اللهُ علَيْهِ وَسلَّمَ وَعلَى آلهِ وأَصحابِهِ أَهلِ الرِّضَى، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بإِحسَانٍ إِلى يَوْمِ البَعْثِ والقَضَاء. أَمَّا بَعْدُ، فَيا مَعْشَرَ المؤمِنينَ، ويَا جُموعَ المُصلِّينَ، أُوصِيكُم بِتَقوى اللهِ رَبِّ العَالَمينَ، قال الله تعالى فى محكم كتابه: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Kaum musliminrahimakumullah
Marilah kita selalu meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah, dengan berusaha menjalankan semua perintah-perintah-Nya dengan hati yang ikhlas dan penuh ketaatan, dan berupaya sekuat tenaga meninggalkan larangan-larangan Allah dengan hati yang patuh dan penuh ketundukan.
Kaum muslimin rahimakumullah
Saat ini kita berada di penghujung tahun 2018 dan sebentar lagi kita memasuki tahun baru 2019. Pada saat ini, hotel-hotel dan tempat-tempat hiburan telah mempersiapkan paket perayaan menyambut tahun baru, tempat-tempat ini menawarkan kepada kita berbagai macam kegiatan untuk menyambut tahun baru. Sebagai seorang muslim, ada dua hal yang harus kita tanamkan dalam diri kita ketika ada pergantian tahun,
Pertama, masuknya tahun baru merupakan nikmat yang harus kita syukuri karena Allah telah memanjangkan umur kita.
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ (ابراهيم: 7)
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
Kenyataan yang ada, hanya sedikit di antara kita yang memperingati tahun baru dengan syukuran, memanjatkan do’a kepada Allah sebagai wujud syukur terhadap nikmat dipanjangkan umur kita. Diantara kita, masih banyak yang menggelar acara tahun baru dengan kemaksiatan, melakukan perbuatan mungkar, sebagian memperingatinya dengan menghaburkan uang, sebagian lagi memperingatinya dengan mabuk-mabukan, tidak jarang anak-anak muda yang memperingatinya dengan trek-trekan sepeda motor di jalan bahkan nauzubillaahi min zalik banyak remaja dan pelajar yang memperingatinya dengan pergaulan bebas.
Marilah kita sadar bahwa perbuatan-perbuatan ini bisa menyebabkan datangnya azab (siksa) Allah di negeri ini. Dalam al-Qur’an Allah menceritakan perbuatan umat-umat terdahulu, umat nabi Nuh, nabi Luth, kaum ‘Ad (Hud), tsamud (Shaleh), madyan (Syu’aib), bani Israil (Musa), semua umat-umat ini telah diberi nikmat oleh Allah, namun mereka tidak mensyukurinya tetapi malah mereka berbuat maksiat dan kemungkaran, sehingga pada akhirnya Allah menyiksa mereka, ada yang wajahnya berubah menjadi kera, ada yang ditimpakan kepadanya hujan batu kerikil, ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, ada yang di masukkan ke dalam bumi, dan ada yang ditenggelamkan di laut.
Saat memperingati tahun baru nanti, marilah kita melakukan sujud syukur dan menjauhi perbuatan maksiat dan mungkar, marilah kita mengambil hikmah atau pelajaran dari perbuatan-perbuatan umat-umat di atas agar kita jauh dari siksa Allah, karena Allah tidak akan menyiksa kita jika kita beriman dan bersyukur kepada-Nya (al-Nisa’: 147), bahkan jika kita benar-benar beriman dan bertaqwa mensyukuri nikmat-nikmat Allah, maka kita akan mendapatkan keberkatan dari langit (al-A’raf: 39), Allah menyiksa kita bukan karena kezaliman Allah, tetapi karena kezaliman kita kepada Allah dan sudah menjadi ketetapan Allah menyiksa orang-orang yang berbuat zalim (Hud: 100-102)
Kaum muslimin rahimakumullah
Kedua, masuknya tahun baru harus dapat menyadarkan kita akan semakin bertambahnya umur kita dan itu berarti semakin dekatnya kita kepada kematian.
Sebagai seorang mukmin, kita percaya bahwa kehidupan dunia ini akan fana dan berakhir, setelah itu kita dihadapkan pada kehidupan Akhirat yaitu kehidupan yang sebenarnya dan bersifat abadi dan Selama-lamanya. Kesadaran akan semakin bertambahnya umur dan semakin dekatnya kepada kematian akan mendorong kita untuk melakukan muhasabah (mawas diri/self control) untuk meningkatkan taqwa dan menjadikan diri kita yang lebih baik. Dalam surat al-Hasyr: 18 Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Hasyr: 18)
Imam Abdurrahman al-Sa’di dalam kitabnya“Taisir al-Karim al-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan” menyebutkan bahwa ayat ini merupakan perintah Allah bagi orang-orang mukmin agar menjaga syari’at Allah, perintah dan larangan-Nya dan hendaknya ia merenungkan perbuatan-perbuatan yang bermanfa’at dan yang membahayakan bagi dirinya untuk Akhirat. Inilah muhasabah seorang mukmin terhadap dirinya yang akan meningkatkan derajat ketaqwaannya.
Imam Ibnu Asyur dalam kitab “al-Tahrir wa al-Tanwir” menyatakan bahwa muhasabah adalah cara yang paling efektif untuk merubah karakter dan nasib seseorang untuk menjadi yang lebih baik, dan ini hanya dapat dilakukan orang-orang yang bertaqwa, demikian ini karena muhasabah merupakan salah satu media untuk meningkatkan derajat ketaqwaan seseorang.
Maimun ibn Mihran berkata:
لاَ يَكُونُ الْعَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا يُحَاسِبُ شَرِيكَهُ مِنْ أَيْنَ مَطْعَمُهُ وَمَلْبَسُهُ.
“Tidaklah seseorang dikatakan sebagai orang yang bertaqwa hingga ia melakukan muhasabah atas dirinya sebagaimana ia lakukan pada temannya darimana ia mendapatkan makanan dan pakaiannya”
Dengan muhasabah pada tahun baru, maka kita akan mudah mengontrol diri untuk melihat jati diri kita yang sebenarnya, selain itu kita akan berusaha untuk menjadi manusia yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Inilah orang pandai yang dimaksudkan nabi dalam salah satu hadisnya:
عَن شَدّادِ بنِ أَوسٍ رَضِيَ اللهُ عَنهُ عَنِ النَّبِيِّ -صلى الله عليه وسلمأَنَّهُ قَالَ: الكيِّسُ مَنْ دَانَ نَفسَهَ وعَمِلَ لِما بَعْدَ المَوتِ، والعَاجِزُ مَنِاَتْبَعَ نَفسَهُ هَواها وتَمنَّى علَى اللهِ الأَمانِي (رواه الترميذى)
Dari Syaddad bin Aus ra. Rasulullah saw. bersabda: “Orang yang cerdas adalah orang yang selalu mengin-introspeksi diri dan beramal untuk kematiannya. Orang yang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan saja kepada Allah.”
خير الناس من طال عمره وحسن عمله وشر الناس من طال عمره وساء عمله
Sebaik-baik manusia adalah orang berumur panjang dan baik perbuatannya sedangkan seburuk-buruk manusia adalah orang yang berumur panjang dan perbuatannya buruk”
Kaum muslimin rahimakumullah
Agar kehidupan kita bisa lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya maka di penghujung tahun 2018 ini, minimal ada tiga hal yang perlu menjadi renungan kita.
Pertama, muhasabah (merenungkan diri) terhadap pribadi kita sendiri. Sejauhmana kita telah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-larngan-Nya? Sejauhmana kita melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar? Sejauhmana kita bisa memanfa’atkan umur kita? Sudahkan kita telah melakukan ibadah dengan benar? Sudahkan kita mencari rizqi dengan cara yang halal? Sudahkah kita mengeluarkan kelebihan harta yang kita miliki? Sudahkah kita mengamalkan ilmu yang kita miliki? Dan masih banyak lagi lainnya.
Kedua,muhasabah (merenungkan diri) terhadap amanat yang dipikulkan kepada kita, yaitu isteri dan anak-anak kita. Sejauhmana kita memperkenalkan ajaran-ajaran agama kepada mereka? Sudahkah kita mengontrol ibadah mereka? Sudahkah kita menghidupi mereka dengan harta yang halal?
Al-Qur’an menyebutkan bahwa anak dan harta bisa menjadi fitnah bagi kita (al-Anfal: 28, al-Taghabun: 15). Anak dan isteri malah terkadang bisa menjadi musuh bagi kita (al-Taghabun: 14). Untuk itu Allah memperingatkan agar jangan sampai anak dan harta itu menyebabkan kita lupa kepada Allah sehingga kita menjadi orang yang rugi (al-Munafiqun: 9), kegagalan kita mendidik isteri dan anak akan menyebabkan kita mendapatkan siksa yang berlipat ganda dan laknat Allah (al-Ahzab: 68).
Ketiga, muhasabah (merenungkan diri) terhadap hubungan sosial kita, kerabat, tetangga dan masyarakat sekitar kita. Sejauhmana kita dapat memberikan manfa’at kepada mereka? Sabda Rasulullah berikut cukuplah menjadi acuan kita dalam menjalani kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Dalam salah satu hadisnya nabi bersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ »قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ « إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ ».
“Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda: Hak muslim atas muslim yang lain ada enam. Sahabat bertanya, apakah itu Ya Rasulullah? Rasul menjawab: Apabila bertemu ucapkanlah salam, apabila ia mengundangmu maka penuhilah, apabila meminta nasehat kepadamu nasehatilah, apabila sakit jenguklah dan apabila meninggal dunia hantarlah jenazahnya”( HR. Muslim)
Setelah kita mengadakan muhasabah maka tidak ada jalan lain pada saat peringatan tahun baru nanti kecuali:
إنَّ أَحْسَنَ الكَلاَمِ كَلاَمُ اللهِ المَلِكِ العَلاَّمِ. وَاللهُ سُبْحَانَهُ وتعالى يَقُوْلُ وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِى المُهْتَدُوْنَ. وَاِذَاقُرِئَ القُرْآنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهُ وَاَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ. اعوذ بالله من الشيطان الرجيم. قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى. وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى. بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا. وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى. إِنَّ هَذَا لَفِي الصُّحُفِ الْأُولَى. صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى (الاعلى: 14-19).
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِالحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ.